“Santri” satu kata yang apabila
orang mendengarnya lansung terbersit dalam fikirannya dua bayangan. Pertama,
santri sebagai kelompok orang pinggiran yang ketinggalan zaman, kedua santri
sebagai orang yang sebenarnya dapat diandalkan bagi kelangsungan kehidupan
bangsa
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (keni’matan) dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS.AL-Qashash: 77).
Lantas bagaimana dengan pergaulan kaum santri yang terkesan ketinggalan zaman?. Jawabnya adalah “ya”, terkesan ketinggalan zaman. Namun dibelakang semua itu sebenarnya ada tujuan yang sangat fundamental. Tujuan tersebut adalah dengan dididik “HIDUP SEDERHANA” diharapkan nantinya santri kalau sudah dewasa dan menjadi orang penting baik dia sebagai kiyai ataupun birokrasi akan menjadi kiyai dan birokrasi yang mampu mensejahterakan ummat dunia dan akhirat. Hal ini karena dibalik didikan kesederhanaan telah ditanamkan pesan bahwa dunia itu bukanlah segala-galanya, melainkan sebagai media untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Jadi sebenarnya pergaulan santri yang terkesan ketinggalan zaman bukanlah sebenar-benarnya ketinggalan zaman, justru sebagai upaya supaya santri tidak menjadi hamba dunia melainkan hamba Allah SWT. Dengan didikan kesederhanaan itu juga memungkinkan santri bergaul dengan masyarakat kalangan bawah sehingga akan timbul jiwa kerakyatan yang setiap saat di butuhkan dalam rangka memimpin ummat.
Namun tentunya untuk dapat
menjadi santri yang benar-benar diharapkan, santri tidak cukup hanya
mempelajari ilmu-ilmu agama saja, namun juga mempelajari ilmu-ilmu dunia.
Rasulullah SAW dalam haditsnya menyatakan:
Artinya : Bukanlah sebaik-baik kamu orang yang meninggalkan (kebahagiaan) dunianya demi mendapatkan (kebahagiaan) akhiratnya. Dan bukan sebaik-baik kamu orang yang meninggalkan (kebahagiaan) akhiratnya demi mendapatkan(kebahagiaan) dunianya. Akan tetapi adalah orang yang mengambil keduanya bersama-sama.
0 Komentar